jika harta adalah segalanya

e-en membaca sebuah monolog dalam sebuah pergelaran:


seharusnya hubungan suami dan istri harus lah harmonis,
mendahulukan diskusi agar terhindar dari miss persepsi.

alkisah ada seorang suami yang amat mencintai istri dan putra semata wayangnya.
suami tersebut selalu berangkat kerja pagi2 buta dan pulang setelah larut malam,
kadangkala membawa setumpuk pekerjaan ke rumah, demi lembaran dolar.

lalu sang istri pun menulis surat pada suaminya,
"suami qu tersayang,
aq tahu engkau bekerja siang dan malam karena engkau mencintai keluarga mu,
engkau sangat mencintai aq dan sangat mencintai putra semata wayang qta,

tapi tahukah engkau bahwa mendidik anak adalah tugas kedua orang tua?
bukan hanya tugas ibu seorang,
jikalau seorang anak tidak membutuhkan didikan dari seorang ayah,
pastilah tidak dibutuhkan ayah dalam proses pembuatan anak,

sayank, aq mengerti bahwa uang memang penting,
tapi haruskah aq mengingatkan padamu akan janji qta dulu?
janji qta untuk mendidik anak bersama-sama?
janji qta untuk mewariskan akhlak dan ilmu pada keturunan qta?
janji qta untuk tidak menganggap harta adalah segalanya?

aq sama sekali tidak keberatan mendidik anak sendirian,
tapi anak qta juga membutuhkan kehadiran mu,

sayank, setiap anak membutuhkan contoh,
begitu juga dengan anak qta,
anak qta adalah anak laki-laki yang juga membutuhkan contoh,
dan anak qta MEMBUTUHKAN CONTOH bagaimana LAKI-LAKI bersikap, bagaimana laki-laki berpikir,

namun, dirimu selalu pergi sebelum anak qta bangun dan pulang setelah anak qta terlelap,
sabtu-minggu pun lewat begitu saja karena pekerjaan kantor yang menumpuk,

kemanakah semangatmu yang menggebu untuk mendidik anak bersama-sama agar anak qta berakhlak dan berilmu?
begitu pentingkah uang di mata mu kini?"