Demonstrasi anti korupsi terjadi dimana-mana.
Pemberantasan korupsi gencar dilakukan.
Sudahkah itu cukup?
Belum.
Saat saya melihat persidangan seorang oknum jaksa, yang memang santer diberitakan.
Saya kaget juga.
Saya kira drama seperti itu hanya terjadi di film action Hollywood.
Eh, ternyata di Indonesia juga ada.
Pelaku korupsi sering digambarkan sebagai tikus.
Tapi bukan berarti semua pelaku korupsi memiliki shio tikus.
Dan bukan juga berarti bahwa orang dengan shio tikus adalah pelaku korupsi.
Saat ini semua orang (didalam iklan anti korupsi) menolak korupsi.
Dan gerakan anti korupsi juga tidak kalah ramai.
Tapi, yang membuat saya bingung adalah ketika teman-teman mahasiswa turun ke jalan untuk demonstrasi anti korupsi.
Tapi, beberapa jam yang lalu diantara mereka ada yang baru saja "menggelembungkan" harga jaket.
Harga jaket Rp.250.000,- bilang ke orang tua Rp.300.000,-
Ketika adik-adik SMU mendapatkan pengarahan tentang anti korupsi, tidak jarang justru adik-adik SMU ini "menggelembungkan" uang buku.
Tidak berbeda dengan adik-adik di SMP ataupun SD.
Ketika diminta belanja ke warung oleh mama di rumah, ada saja barang lain yang dibeli secara sembunyi-sembunyi, walaupun hanya sekedar satu buah permen.
Saat berita menampilkan korupsi dengan ratusan juta, milyaran atau bahkan trilyunan uang negara yang diselewengkan penggunaannya.
Apakah itu berarti membeli satu buah permen seharga seratus perak secara sembunyi-sembunyi bukan termasuk korupsi?
Saat banyak orang berteriak dengan slogan "gantung koruptor", saya justru sedang ketakutan karena takut digantung.
Saya bukan orang yang memiliki akses pada uang ratusan juta, milyaran atau bahkan trilyunan rupiah.
Karena itu sangat tidak mungkin saya dapat menyelewengkan dana sebesar itu.
Karena saya tidak punya "kesempatan" pada dana sebesar itu.
Tapi kemudian saya ingat, sewaktu kecil saya agak sering menyelewengkan dana belanja ke warung, di saat ambu meminta saya belanja ke warung.
Walaupun tentu saja belanja ke warung tidak sampai ratusan juta, milyaran ataupun trilyunan rupiah.
Jika saya menyelewengkan kepercayaan dari orang yang pernah mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran saya.
Bukankah tidak aneh jika suatu saat saya menyelewengkan kepercayaan dari orang yang tidak saya kenal(rakyat)?
Jika sebuah permen saja sanggup menggoda saya.
Bukankah tidak aneh jika suatu saat saya tergoda dengan uang trilyunan rupiah?
Anak kecil biasanya dianggap masih suci, polos dan tanpa dosa. Ketika masih kecil saja saya berani mengambil yang bukan hak saya. Bukankah tidak aneh ketika sudah besar saya pun mengambil hak rakyat....?
Korupsi musuh bersama.
Semoga bukan slogan semata.
baca juga:
6 komentar:
tulisan ini membuat saya teringat tulisan mas deden, dan sama-sama membuat saya berpikir keras, sudah siapkah kita jika seandainya negeri ini benar-benar bebas dari korupsi?
Mudah-mudahan semangat anti korupsinya dapat dicontoh oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum muda..
Oya, mungkin anda bakal menjadi calon ketua KPK berikutnya.. ^_^
ya semoga tidak slogan saja
Ayo berantas korupsi...:)
KEREN MAS...
artikel semacam inilah yang saya cari!!.. menggugah hati siapa saja yang masih punya hati...
kepada kawan-kawan semua mari...
...PERJUANGAN KITA MULAI DARI SINI...
kok sloganku seperti slogan spanduk caleg ya...?
@Pakacil
Makasih info-nya, tapi kalo saya sih emank gak siap....
hehehe....
@Rio_tremont
Hmmm....
Sebenernya sih tulisan itu untuk menggugah diri saya sendiri agar mau berhenti jadi koruptor...
@Zulfikar
Semoga....semoga...
@Amsterdam - Today
Klo berantas korupsinya pake standar ganda boleh gak?
hehehe....
@suklowor
caleg=calon legowo
berarti sekarang belum legowo...
hahaha....
Posting Komentar