Hari menjelang siang, saat saya menyalakan komputer.
Namun, karena saya tidak tertarik untuk mulai menulis.
Saya pun meng-switch monitor komputer menjadi layar televisi. (Karena televisi saya sudah lama rusak dan akhirnya lahirlah dwi fungsi monitor).
Ada tayangan tentang seorang ibu sedang mencari anaknya yang hilang.
Ketika foto anak yang hilang tersebut ditampilkan, sepintas terlihat bahwa anak tersebut memiliki keterbatasan mental.
Saat melihat bahwa anak dalam foto adalah memang anaknya, ibu tersebut menangis bahagia.
Tergambar jelas kebahagiaan seorang ibu yang telah menemukan kembali anaknya.
Walaupun mereka belum bertemu wajah secara langsung.
Dan benar saja, ketika pertemuan ibu dan anak terjadi, kebahagiaan pun terpancar dari wajah sang ibu.
Saya lalu mengganti saluran televisi.
Seorang pemulung menemukan bayi laki-laki yang sudah tidak bernyawa di sebuah tempat sampah. Diperkirakan bayi yang baru dilahirkan tersebut dibuang karena tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya.
Ketika saya ganti lagi saluran televisi, ada acara yang menampilkan perselisihan ibu dan anak dari kalangan selebritis.
Disebutkan bahwa perselisihan tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat.
Dan mereka saling lempar opini, berusaha untuk terlihat lebih benar dari yang lain.
Tapi justru yang jelas terlihat oleh saya adalah mereka sedang menyakiti dirinya sendiri.
Anak tidak bisa hadir ke dunia tanpa orang tua.
Dan tidak ada sebutan Ayah atau Bunda jika tidak ada anak.
Keduanya terikat oleh ikatan yang tak terlihat.
Kasih sayang tulus dari seorang ibu, meski anaknya memiliki keterbatasan mental, merupakan wujud dari cinta tanpa syarat (unconditional love).
Dan cinta itulah yang harusnya ada pada setiap hubungan anak dan orang tua, bagaimanapun keadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar