Bangga qu membunuh mu

Tengah malam, e-en terbangun dari tidurnya.

Jam kepiting menunjukkan pukul 01.20 WIB, saat e-en menggotong kursi ke loteng.

Diselimuti hawa dingin malam di musim hujan pada Bulan Januari, dirangkainya huruf-huruf membentuk kata, kata-kata menjelma kalimat, kalimat-kalimat bersatu padu menjadi paragraf, paragraf-paragraf saling terikat dan lahirlah sebuah tulisan yang layak baca.


Aq bangga dengan kulit putih mulus qu.

Aq bangga dengan keindahan rambut qu.

Aq bangga dengan wajah qu yang tanpa jerawat.

Aq bangga dengan keharuman tubuh qu.

Aq bangga dengan putihnya warna gigi qu.

Aq bangga dengan merk baju qu.

Aq bangga makan di restoran cepat saji langganan qu.

Aq bangga nonton di bioskop kesayangan qu.

Aq bangga dengan ayam kecap masakan qu.

Aq bangga dengan kue bolu buatan qu.


Rasa bangga qu di satu sisi, di sisi lain, bangga qu yang membantaimu.

Rasa bangga qu di satu sisi, di sisi lain, bangga qu yang musnahkanmu.

Rasa bangga qu di satu sisi, di sisi lain, bangga qu yang membunuhmu.


"Katakan-lah yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah."


Dengan lantang qu teriakkan padamu, bahwa bangga qu yang membantaimu.

Qu teriakkan pada tubuh mungil mu yang membeku, membiru.


Qu berlari tanpa henti dan teriakkan pada ratusan tubuh kaku yang bergelimpangan tanpa nyawa.

BANGGA QU YANG MEMBUNUH MU.